Keinginan saya untuk bisa menjelajahi bumi Kalimantan, terutama di daerah pedalaman-pedalaman hutan khatulistiwa, kesampaian. Meski sebelumnya beberapa tahun silam pernah menjejakkan kaki di Balikpapan, menurut saya kota itu sudah terbilang ramai seperti di tanah Jawa. Hasrat untuk bisa traveling yang lebih ‘menantang’ di Borneo tetap menggelora.
Gayung bersambut, suatu siang saat saya masih berada di Bali, kang Motul – teman yang pernah sekantor – menawarkan proyek memotret aktivitas Pencerah Nusantara (PN) 2 terkait masalah kesehatan masyarakat di daerah-daerah Indonesia Timur, salah satunya di Kabupaten Berau, lebih spesifik sih di Kecamatan Kelay.
Setelah berangkat dari CGK Jakarta jam 07.00 WIB selama 2 jam dan mendarat di Balikpapan jam 10.00 WITA, langsung transit dan pindah pesawat berbaling-baling bambu 🙂 nggak lah… ini hanya olok-olok saya kalau naik pesawat kecil ATR-500 ini. Selama 1 jam mengudara dari Bandara Sepinggan, akhirnya si baling-balik bambu pun turun selamat di Kalimarau, Berau, sekitar jam 11.15 WITA.
Perjalanan dari bandara menuju Kelay cukup jauh, +/- 3 jam dengan travel (mobilnya biasanya jenis Avanza atau Kijang). Sialnya, travel yang saya pesan via telepon sewaktu saya masih transit di Balikpapan ternyata penuh. Saya pun harus menunggu mobil berikutnya. Akhirnya bisa berangkat jam 15.00 setelah terkatung-katung di bandara :((
Kesialan berikutnya, pas naik travel Avanza, dapat tempat palling belakang, sempit dan penuh barang, sampai kaki pun sulit digerakkan. Ya sudahlah… ini adalah bagian dari traveling nan mengasyikkan *sambil menghibur diri*. Saya hanya berharap perjalanan darat nan memabukkan ini segera berakhir.
Nyampe Kelay
Sampai posko PN di Kecamatan Kelay – yang sebenarnya saya tidak tahu persisnya – pun terjadi secara kebetulan. Travel yang saya tumpangi berhenti di warung Jawa Timur di sebelah jembatan Kelay, sekitar jam 17.00. Warung ini menjadi langganan para sopir travel untuk istirahat makan. Dan posisinya ternyata di bawah persis lokasi posko PN. Setelah menelepon Septi, salah satu anak PN, langsung dijemput dan diantar menginap di salah satu rumah warga, namanya Pak Sueb. Rumahnya di depan seberang Puskesmas Kelay.
Daerah Kelay ini merupakan tempat berdiamnya beragam suku Dayak atau Daya (ejaan lama: Dajak atau Dya – nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman mendiami Kalimantan (Brunei, Malaysia, Indonesia). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. Aaaahhh…. sudahlah, saya akan menulis lebih banyak soal suku Dayak Berau di Kelay.
Kelay memiliki sejumlah desa atau kampung: Lesan Dayak, Long Beliu, Long Duhung, Long Keluh, Long Macin, Long Pelay, Long Sului, Mapulu, Merabu, Merapun, Merasa, Muara Lesan, Panaan, dan Sido Bangen. Tak semua desa bisa saya datangi karena perjalanan waktu di Kelay hanya dijatah selama 6 hari. Oh ya… perjalanan saya ala si Bolang ini merupakan ide Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millennium Development Goals (MDGs). Nah tugas saya adalah memotret tim Pencerah Nusantara berikut sejumlah aktivitas mereka di Kelay.
Saya pun tak sabar untuk menanti esok pagi… masuk ke pedalaman Dayak
Hak cipta foto-foto: Adit untuk MDGs Indonesia
Kelay, Berau, Kalimantan Timur, 11 Juni 2014