Setelah meningalkan Lindu dan turun di Sadaunta, saya pun mengemasi barang-barang yang saya tinggal di rumah pak kepala Puskesmas Lindu. Jam menunjuk angka 9.30, perjalanan pun saya teruskan menuju ke kota Palu yang memakan waktu sekitar 3 jam atau kadang kurang tergantung dari kecepatan sopir saat memacu mobilnya.
Tepat jam 12.00 WITA sampailah saya di kota Palu dan langsung menuju pool travel Lorenna, kabarnya travel ini memiliki armada terbaik menuju Tolitoli. Lokasi travel ini ada di Jalan Juanda. Sebaikya pastikan perut Anda telah terisi saat akan melakukan perjalanan ke Tolitoli yang bisa menempuh 12 jam perjalanan (443 KM). Karena saya hanya sampai Ogotua, kata orang travelnya sih sekitar 8 jam perjalanan. Tiketnya Rp180 ribu, kalau sampai Tolitoli Rp200 ribu.
Ini beberapa pilihan travel di kota Palu:
- Travel Mitra Touna – 0451 424347
- Travel Permata Buol – 0451 457364/085395158062
- Travel Lorena – 0451 4709321/081331542334
Jam keberangkatan travel Lorenna ini 10.00 WITA, 14.00 WITA, dan 17.00 WITA. Alhasil saya pun harus menunggu 2 jam lamanya. Saat berangkat, anehnya para penumpang diminta naik angkot dulu menuju terminal bus Mamboro, sementara mobil travel microbus menyusul di belakang dalam keadaan kosong. WTF!
Sebenarnya dari terminal pun ada bus Damri yang menuju Tolitoli, tiketnya sekitar Rp150 ribu, hanya waktu tempuhnya lebih lama dari mobil travel. Alternatif lainn, cari travel yang menggunakan mobil kecil (Kijang, Avanza) karena waktu tempuh lebih cepat.
Kata beberapa penumpang yang terbiasa naik travel ini, para sopir angkot minta jatah untuk mengangkut penumpang dari pul hingga terminal. Para pemilik travel tak boleh langsung mengangkut penumpang dari pool-nya sendiri. Aahh… kebijakan macam mana ini….!!!!
Mobil Travel Tanpa Kunci Roda
Singkat cerita, sekitar 1,5 jam perjalanan keluar dari kota Palu, tiba-tiba ban depan kanan mobil kempes. terpaksalah penumpang diminta turun. Saat si sopir akan mengganti ban, ternyata di mobil travel yang katanya terbaik di kota Palu ini tidak ada peralatan dongkrak dan kunci roda. What!!!!
Saat si sopir menelepon ke kantor Lorenna untuk mempertanyakan keberadaan kunci roda, sang pemilik Lorenna malah membentak2 dan menuduh si sopir yang mengambil kunci itu. Wah tambah runyam aja nih….
Si sopir yang tidak terma dengan bentakan dari majikannya pun langsung ngambek dan memutuskan untuk keluar dari Lorenna saat itu juga. Dia pun tidak mau berusaha menyetop truk/travel lain yang lewat untuk meminjam kunci roda. Waduh… para penumpang pun jadi telantar gara-gara si sopir yang tidak profesional. Kejadian ini sempat membuat penumpang gusar dan turut marah-marah, menelepon ke kantor Lorenna untuk meminta solusi.
Biasanya momen seperti ini tidak terlewatkan untuk diabadikan. Tapi saking capeknya, saya agak malas untuk mengambil kamera di dalam tas. Sialnya, ponsel saya pun baterainya ngedrop. Powerbank pun belum terisi penuh. Praktis saya lebih bayak bengong dan ngobrol dengan para penumpang.
Hampir 3 jam lamanya, akhirnya sopir pengganti dan ban pun terpasang kembali. Jam 19.00 kami pun baru melanjutkan perjalanan. Saya pun langsung terlelap begitu duduk di dalamnya. Entah di daerah mana saya – kata salah satu penumpang sih sekitar Tompo – sopir menepikan mobil. Kami pun turun untuk makan di warung yang terletak di bibir pantai. Di sepanjang jalan terlihat banyak warung serupa yang menjajakan menu ikan bakar. Jam menunjuk angka 10 malam.
Sebelum memesan makan, sopir sebenarnya telah memberi tahu kalau pesan ikan bakar di warung ini bakal menunggu lama. Ternyata benar. Ikan-ikan yang telah dipesan tak kunjung tiba di meja. Saya melirik ke meja lain ternyata hampir semuanya keleleran gara-gara menunggu makan :)) Oya, ikan-ikan di warung ini cukup fresh. Untuk memesan ikan, para pengunjung diminta memilih ikan sendiri yang ada di dalam ice box. Jika tidak mau terlalu besar, Anda bisa memesan 1/2 badan ikan, harganya sekitar Rp25 ribu sudah termasuk nasi + minum teh.
Hampir dua jam lamanya di warung makan ini, perjalanan berlanjut. Tidak banyak pemandangan yang bisa dilihat karena gelap. Pulas tertidur, saya dibangunkan karena ditanya sopir “Mau turun di Ogotua mana?” Saya cuma menjawab,”‘ Di depan Puskesmas Ogotua, pokoknya perempatan Pasar Lama belok kanan.” Dan…. akhirnya sampailah saya di posko Pencerah Nusantara (PN) #TeamOgotua sekitar jam 05.00 WITA.
Puskesmas Ogotua terletak di desa Ogotua, Dampal Utara, Kabupaten Tolitoli. Sulawesi tengah. Tim PN Ogotua ini (Iim, Sugi, Desi, Nia, Witri) semuanya perempuan dan kelihatannya tenang, pemalu, dan sopan. Tapi… Don’t judge a book by its cover :))
Catatan di Palu, 21 Juni 2014